5

story about me..

Pekerja yang tidak punya otak

Aku kira, setelah selesai kuliah, penderitaan berkepanajanganku akan SP juga usai, namun aku masih seorang SP dengan segala macam kerendahan dan kehinaannya. Sekali SP, tetap SP!

Aku telah mengira sebelumnya, menjadi seorang SP akan sulit bagiku untuk mendapatkan pekerjaan dan juga walaupun setelah masuk dalam lingkungan kerja itu aku pasti akan menapat bermacam masalah untuk melakukan tugasku.

Aku senang sekali mendapat pekerjaan di sebuah pesantren. Sebelumnya, karena aku begitu takut tidak mendapatkan pekerjaan, aku selalu berdoa pada Alloh, agar memberiku pekerjaan yang selalu mendekatkan diriku padaNya. Aku tidak meminta yang lebih dari itu. Bagiku, mendapat pekerjaan saja sudah sangat beruntung. Walaupun aku mendapatkannya dengan cara yang "rendah". Aku mendapatkan pekerjaan itu setelah ke dua calon terbaik mengundurkan diri. Aku pikir-pikir, sakit juga menjadi pekerja yang diterima nomor 3. tapi, waktu itu aku mencoba untuk tidak mempermaslahkannya. Yang penting, aku harus selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik agar semua orang di lingkungan kerjaku tahu bahwa aku memang pantas mendapatkan posisi itu.

Sesuai dengan tawaran pimpinan ponpes, aku berniat untuk mengambil mes di ponpes. Karena gaji bekerja yang tidak terlalu besar, aku memilih tawaran itu. Kalau tidak, uang gajiku akan habis untuk biaya kost dan transport. Sebenarnya aku merasa ragu dan takut untuk mengambil keputusan tinggal di ponpes. Aku takut aku tidak bisa menyesuaikan diri di tempat baru itu. Sebenarnya di mana-mana, sampai kapanpun aku memang tidak akan pernah bisa menyesuaikan diri. Namun, aku berusaha mematahkan semua pikiran negatifku, demi gajiku.

Pada akhirnya, aku tidak jadi mengambil keputusan itu. Aku terlanjur merasa nyaman dengan kesendirian di sebuah tempat kost kecil bersama adikku tercinta. Aku membutuhkannya, begitu juga dia. Walaupun dengan begitu akan menjadikan kami berdua tidak mandiri dan berkembang, kami memilih cara aman daripada kami harus menghadapi resiko dengan kesendirian.

Awal bekerja, aku merasa mempunyai energi yang begitu besar sehingga aku begitu rajin berangkat awal dan mengikuti semua kegiatan yang diwajibkan oleh pesantren bagi semua karyawannya. Aku selalu berusaha menunjukkan ekspresi ramah dan bersahabat dengan para guru (walaupun hal itu membuat aku tertekan dan was-was; khawatir). Aku begitu takut ketika harus bergaul dengan guru-guru walau hanya sekedar bertanya mengenai sarana-sarana kantor yang belum aku mengerti cara penggunaannya. Awal kerja juga begitu membosankan karena tidak banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Di sini, aku sebagai administrasi bimbel pesantren bersama seorang rekan wanita yang baru juga. Bimbel ini memang baru berdiri kembali setelah vacuum beberapa lamanya. Karena itu, kami berdualah yang harus aktif dan mempunyai inisiatif sendiri tentang apa yang harus kami kerjakan. Pimpinan hanya memberikan garis besar tugas kami, detailnya, kamilah yang harus mencari pelaksanaan sendiri. Beruntung rekan kerjaku adalah wanita yang cerdas, inisiatif, cekatan, supel dan penuh semangat. Huh, berbeda sekali dengan diriku. Dia selalu mempunyai ide-ide cemerlang di mana aku membantunya melaksanakan hasil pemikirannya. Tapi, lama kelamaan, sepertinya dia bosan juga. Karena, aku seperti robot. Hanya menunggu perintah darinya. Aku tidak punya inisiatif sendiri. Bahkan dalam beberapa hal urgent yang seharusnya aku bisa bertindak apa yang terbaik tanpa perintah, aku tidak dapat melakukannya. Sehingga, dia memarahiku. Hal wajar dia melakukan itu. Karena, aku memang benar-benar keterlaluan! Seketika itu juga, aku menangis di hadapannya. Tanpa permisi, tanpa mengenal malu. Begitulah jika rasa sesak ini terakumulasi. Pecahlah tangiskua. Namun, aku tidak dapat mengatakan kepadanya apa sebenarnya yang terjadi. Aku hanya bisa menangis. Dia meminta maaf padaku karena dia yakin apa yang ia lakukan telah membuat aku terluka. Sebenarnya, bukan kata-katanya yang membuat aku terluka. Tapi, kebencian dan kekesalanku pada diri sendirilah yang membuat aku menangis…

Setiap kali bertemu dengan rekan kerjaku, membuat aku taku dan tertekan. Sekarang, aku tidak bisa berusaha berbicara dan beramah tamah kepadanya. Rasanya, aku membeku. Aku hanya berkata seperluku. Itupun dengan sangat berat. Aku selalu berusaha agar tidak mempunyai waktu untuk berdua saja dengannya.

Aku juga begitu takut ketika harus menanyakan atau menyampaikan hal-hal yang berkaitan denga pekerjaan sehingga aku menundanya sampai berhari-hari untuk menyampaikannya. Sering aku tidak melakukannya karena rasa takutku. Beruntung, hal itu tidak begitu urgent sehingga tidak mempengaruhi pekerjaanku.

Aku selalu iri pada rekan kerjaku yang selalu lebih unggul dalam segala hal disbanding aku. Terutama dalam hal bergaul dengan pimpinan, anak-anak, dan guru-guru. Aku benar-benar merasa tidak dianggap di situ. Sebenarnya, perlakuan pimpinan dan rekan-rekan guru biasa saja, tidak membedakan. Namun, aku merasa sangat buruk karena aku tidak bisa sedekat rekan kerjaku terhadap mereka.

Setiap kali rapat, aku juga merasa begitu tertekan. Aku hanya bisa membisu di antara puluhan ucap… rekan-rekan kerjapun, akhirnya tahu betapa tidak kompetennya aku.

Aku kesepian di antara jutaan keramaian, aku terdiam di antara ribuan ucap, aku menangis di antara ratusan tawa……………...

Pegawai baru mengubah nasibku….

Aku senang sekali ketika rekan kerjaku mengundurkan diri dari pesantren. Awalnya, ada rasa takut yang menyelimut begitu dalam. Tanpa temanku itu, bagaimana mungkin aku melaksanak pekerjaan? Aku tidak mungkin bisa. Walaupun apa yang aku takutkan benar adanya, pada akhirnya aku mensyukuri atas peristiwa itu. Karena, setelah keluarnya rekan kerjaku, aku benar-benar merasa seluruh rasa tertekanku terbang ke langit…

Pegawai baru itu, seorang laki-laki. Awalnya, aku khawatir dan merasa sangat nervous. Bagaimana mungkin aku bekerja dengan seorang laki-laki? Bekerja dengan rekan perempuan saja aku tidak bejus! Tapi, ternyata dia adalah pegawai laki-laki yang baik dan supel. Dia mengakrabiku aku dengan baik. Dia memperlakukan aku sama ketika ia memperlakukan semua orang. Walaupun aku cenderung diam dan kadang mungkin tidak bisa diajaknya bekerjasama, dia tetap baik padaku. Aku selalu merasa, aku benar-benar membosankan baginya. Aku juga tidak mempunyai inisiatif dalam bekerja. Aku juga tidak bisa diandalkan dalam bekerja sehingga sering dialihkan padanya. Hal itu tentu saja membuat aku merasa benar-benar tidak berguna. Tapi, di satu sisi aku benar-benar merasa dia begitu amazing, aku berterima kasih padanya….

Pada akhirnya, dia lebih popular dari aku karena kesupelannya. Lagi-lagi aku merasa kalau pimpinanku pilih kasih padanya, seperti dulu. Tapi, dia adalah rekan kerjaku yang paling baik. Tidak membenciku walaupun aku pendiam dan pemalu. He 's my friend…

1 tahun yg tak menghasilkan apa2…

Karena aku tidak mengambil mes, aku memutar otakku untuk melakukan berbagai cara agar aku dapat menyisihkan sebagian uang hasil kerjaku untuk aku berikan pada keluargaku. Awalnya, aku berusaha meminimalisir berbagai pengeluaran termasuk makan, minum, peralatan mandi, dll sehemat mungkin. Dan, aku berusaha jalan kaki dari kostku ke tempat kerja. Entah berapa meter jaraknya. Yang kutahu, jika aku naik kendaraan umum memerlukan waktu 15' untuk sampai ke sana dan sekitar 1,5 jam kalau aku berjalan kaki. Walaupun kakiku lelah, pegal dan tampak semakin besar, tapi aku tetap berusaha melakukannya. Namun, pada akhirnya, aku sendiri mengingkari komitmen yang aku buat. Rasanya semakin lelah jika aku berjalan kaki. Selain itu, aku sering stress dan down sehingga pengeluaran terutama dalam hal makan semakin banyak. Karena, aku limpahkan semua stressku pada makanan.

Hari terus berjalan tanpa bisa aku kendalikan, tanpa bisa aku hentikan. Aku takut aku tidak menghasilkan apa-apa. Apa yang aku takutkan terjadi. Gajiku, hanya cukup untuk makan, biaya kost dan transport. Gaji adikku juga demikian. Bahkan, kadang karena ada keperluan mendesak seperti biaya membuat gigi palsu adikku, kami terpaksa mendapat suntikan dana dari kampung. Aku kadang berpikir, dari mana orang tuaku bisa mendapat uang untuk kami. Padahal, ayahku sudah pensiun. Ibuku, hanya ibu rumah tangga biasa. Kakak-kakakku ada yang tidak bekerja, yang bekerja sepertinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan adik-adikku yang masih sekolah. Di satu sisi, aku merasa senang ketika melihat uang yang mereka berikan. Di sisi lain, aku ingin menangis. Aku tidak berguna. Ayah, ibu, anak yang telah kalian sekolahkan sampai sarjana muda ini, yang sudah menghabiskan begitu banyak biaya semasa hidupnya, hanya bisa memberikan kesusahan yang tiada henti-hentinya…..

Puncak kesedihanku, ketika idul fitri hampir tiba. Rasanya, aku tak ingin pulang ke rumah. Untuk apa pulang ke rumah. Aku tidak membawa apa-apa selayaknya orang-orang yang merantau dan membawa banyak uang untuk keluarga di rumah, aku bahkan membawa uang dari kampung untuk balik lagi ke tempat kerja! Aku juga ingin memberi, aku ingin merasa berguna!

Aku tahu, ayahku sangat mengharapkan aku mendapatkan pekerjaan yang selain bergengsi juga bergaji tinggi. Tapi, apa yang dapat aku berikan? Mencukupi kebutuhanku sendiripun kadang aku tak bisa. Aku tahu betapa besar harapan orang tua padaku. Walaupun mereka tidak pernah mengatakan, mereka tak ingin membebaniku, tapi sudah sepantasnyalah aku membalas jasa-jasa mereka. Sebenarnya, balas jasa tentu dapat diberikan tidak hanya dalam bentuk uang, tapi apa yang dapat aku berikan? Kasih sayang dan perhatian, akupun tidak dapat memberikannya. Karena aku, kaku, dingin, tidak dapat mengungkapkan perasaanku. Apa yang dapat aku berikan? Apa yang dapat aku berikan?

Psikiaterku yang baik hati
Aku, lagi-lagi tidak tahan dengan SPku. Akhirnya, aku menemuinya, tanpa rencana. Beliau adalah psikiaterku yang paling baik, perhatian dan memahamiku. Aku selalu menantikan saat bertemu dengannya. Walaupun aku selalu tegang ketika hendak bertemu dengannya, aku sangat bahagia bersamanya. Dia mendengarkan segala ceritaku, keluh kesahku. Walupun sering aku diam membisu bahkan menangis tersedu, dia selalu setia menanti kata-kata dari bibirku. Setiap kali aku down, bosan dan tertekan, aku selalu mengganggunya dengan sms-smsku. Walaupun dia tidak membalasnya, aku tahu dia pasti membacanya. Sms dengannya, membuatku tenang dan lega. Aku hanya bisa bercerita padanya. Aku percaya, dia memahamiku dan mengerti apa yang aku rasakan. Dia selalu mendukung apa yang aku lakukan, apa yang membuat aku nyaman. Dia membiarkan aku memilih mana jalan yang terbaik menurutku. Dia tak ingin aku tergantung padanya. Tapi, aku memang sudah tergantung padanya.

Doctor, "This disorder, why did it choose me? "
How can I live in this condition?
I need u, don't leave me alone…


Aku: Penghuni kost yang tidak bersahabat

Aku seperti lonceng. Setiap hari, tempat kerja-kost, tempat kerja-kost. Walaupun ruang lingkup sosialisasiku sempit, jika aku dapat memanfaatkannya dengan baik, seharusnya aku mendapat manfaat maksimal dari lingkungan itu. Tapi, pada akhirnya, aku tidak mendapatkan apa-apa.

Awal pertemuan dengan sesama penghuni kost, terbersit niat untuk akrab dan beramah tamah dengan mereka. Awalnya, kami berkenalan dan saling menyapa. Tapi, tidak berlanjut ke mana-mana. Masing-masing dari kami selalu berada di kamar masing-masing. Keluar jika ada perlu. Tidak pernah saling mengunjungi kamar satu dengan yang lain. Bahkan, setelah idul fitri tidak ada acara maaf-maafan, apalagi saling bertukar oleh-oleh. Design tempat kost memang tidak memungkinkan kami penghuni kost untuk saling berkumpul karena tempat kost kami tidak mempunyai ruang tamu atau ruangan apapun yang bisa digunakan untuk berkumpul, kecuali kamar kami masing-masing. Selain itu, penghuni kost yang lama memang tidak menggauli aku dan adikku dahulu. Aku memang tidak mengharapkan mereka beramah tamah dan mengakrabi kami. Bagaimanapun, aku tahu. Akulah yang seharusnya lebih dahulu mengakrabi mereka. Aku tahu prinsip memberi dan memahami orang lain. Tapi, aku tidak bisa mengamalkannya. Sehingga, semua itu menjadi percuma.

Dari hubungan yang tidak akrab itu, bahkan memburuk menjadi semacam perang dingin. Ada masalah kecil saja langsung dipermasalahkan. Masalah buang sampah tidak teratur, air kran yang tidak dinyalakan sehingga airnya sangat dalam ketika akan digunakan untuk mandi. Kami memang tidak cek cok mulut ketika berpapasan. Tapi, raut wajah tidak bersahabat mereka membuatku panas dan melakukan hal yang sama. Namun, akhirnya aku menyadari. Seharusnya aku tidak bersikap sama seperti apa yang mereka lakukan. Pada hari-hari selanjutnya, aku berusaha sabar dengan apa yang mereka lakukan dan mencoba melakukan hal-hal sebaik mungkin agar tidak menimbulkan masalah. Aku mencoba tak mempedulikan mereka ketika mereka membicarakan kami di belakang.

Walaupun perang dingin agak mereda (sepertinya tidak ada hal-hal lagi yang dapat memanaskan hubungan kami), bukan berarti hubungan kami jadi intim. Tetap saja seperti dulu. Selalu sibuk dengan kegiatan sendiri. Ramah tamah dan sapa menyapa juga tidak pernah kami lakukan lagi.

Aku sebenarnya tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Bagaimana mungkin sesame penghuni kost yang setiap hari bersama, bertemu, tidak pernah bertegur sapa, tidak pernah bicara, bahkan tidak mengenal satu sama lain. Sungguh sangat aneh dan tidak mengenakkan! Ya Alloh, aku sangat berdosa dan bertanggung jawab akan hal ini. Sebenarnya, aku ingin mengakrabi mereka. Bukan karena aku takut dengan kesepian dan kesendirian, tapi karena aku takut dengan dosa yang aku perbuat pada Alloh karena aku tidak menjadi makhluk social yang seharusnya…


Tes cpns Kejaksaan yang menyedihkan…

Menjelang akhir tahun 2009 ini, cpns di Indonesia kembali dibuka. Aku yang tidak ingin kehilangan kesempatan meraih posisi PNS, segera mengikuti segala info lowongan CPNS di internet. Beruntung di kantorku ada internet. Jadi kalau tidak ada pekerjaan, aku sibuk membuka-buka www.bukalowongan.com. Di situ situ banyak sekali terdapat info lowongan pekerjaan termasuk CPNS.

Berbagai departemen membuka lowongan CPNS. Aku begitu girang sekaligus bingung melihat formasi jurusanku lumayan banyak. Akhirnya, aku mendaftar di kejaksaan. Karena, di sana paling banyak formasinya, 265!

Ayahku pun sibuk ke sana ke mari melengkapi persyaratn pendaftaran yang rumit dan jlimet itu. Setelah semua persyaratan siap, akupun mendaftar. Ternyata, ada persyaratn yang kurang. KTPku legalisirnya salah. Sebenarnya, aku sudah menyerah pada petugas untuk tidak mengikuti tes karena persyaratan itu harus sudah dipenuhi besok pagi. Sementara rumahku begitu jauh dari kejaksaan. Namun, petugas itu dengan berbagai cara berusaha membantuku sehingga akhirnya aku berjanji untuk membawa kelengkapan syarat itu esok pagi.

Sebenarnya aku bermaksud untuk membatalkan pendaftaran itu. Akan tetapi, ayahku keesokan paginya datang ke kota. Subuh-subuh beliau datang. Dari rumah menggunakan angkutan pengangkut sayuran. Aku tidak dapat membayangkan ayahku berjibaku selama enam jam (dari jam 12 malam) di antara dinginnya angin malam. Sementara, beliau sudah cukup tua. Pasti merasakan lelah yang amat. Beliau langsung kembali ke kampung tanpa beristirahat terlebih dahulu di tempat kostku. Aku berusaha menjadi pribadi yang dingin agar tak dapat kurasakan keharuan itu.

Aku sangat bersyukur ketika Alloh membalas usaha ayah dengan kelolosanku di tahap I tes kejaksaan. Pasti semua ini karena perjuangan ayah dan doa ayah ibuku, pikirku. Namun, aku merasa tidak lega dan khawatir. Karena, masih ada seleksi tahap ke 2. Kekhawatiranku terbukti ketika aku mengambil surat pemberitahuan kelulusan. Di sana tercantum biaya tes kesehatan sebesar 700 ribu rupiah! MasyaAlloh! Besar sekali! Gajiku satu bulan saja tidak sampai segitu! Aku telah memikirkan bermacam cara untuk tidak mengikuti tes itu. Aku juga berencana untuk tidak memberitahu ayahku. Tapi, ayahku selalu menanyakannya. Sehingga, mau tak mau daripada aku berbohong, aku memberitahukan pada ayahku segalanya. Aku tahu, ayah pasti akan mendukungku untuk mengikuti tes itu.

Dengan perasaan berat aku mengikuti tes itu. Walaupun begitu, aku tetap serius melakukannya. Itu adalah prinsipku. Melakukan segala sesuatu dengan serius karena aku tidak tahu apa hikmah yang terkandung di dalamnya. Aku begitu takut, cemas dan tertekan menghadapi tes itu. Huh, aku tidak dapat mengerjakan tes Excel dengan baik! Waktu yang disediakan sangat terbatas, aku menjadi gugup karenanya. Ketika tes wawancara, aku juga begitu gugup. Aku mencoba menenangkan diriku. Aku memperhatikan dan mencoba merasakan apa yang teman-teman lain juga rasakan. Mereka pasti sama tegangnya seperti aku. Sehingga, aku merasa tidak sendiri. Aku merasa perasaan tegang itu wajar dimiliki oleh seseorang pada saat seperti itu. Walaupun aku tidak dapat menjawab semua pertanyaan saat wawancara dengan baik, tapi aku puas atas apa yang aku lakukan. Aku merasa PD dan lebih berani ketika di depan pewawancara. Ternyata, tidak semenakutkan apa yang aku bayangkan ;)

Namun, aku tetap tidak yakin dengan hasil tesku. Aku masih mempunyai niat untuk tidak mengikuti tes kesehatan. Sebelum terlanjur dan uangku melayang, aku seharusnya dapat membatalkannya. Tapi, ayah tetap memaksaku. Akupun melakukan tes kesehatan itu. Benar-benar tes yang menyebalkan! Sebenarnya, aku sendirilah yang menyebabkan tes itu tidak menyenangkan. Aku sendiri yang membuat diriku tertekan karena aku tidak berani melakukan prosedur yang seharusnya dilakukan. Sebab, itu memerlukan hubungan dengan banyak orang. Sehingga, aku salah prosedur dan mendapat marah dari beberapa petugas. Aku langsung down. Aku benar-benar merasa tidak berguna.

Penyesalanku bertambah ketika aku dinyatakan tidak lolos tahap akhir. Aku menangis, sedih, bukan karena tidak lolos. Tapi, karena aku telah menggunakan uang ayah dengan sia-sia, menggunakan perjuangan ayah tanpa hasil! Sementara aku belum bisa memberikan apa-apa untuk ayah! Maafkan aku ayah, anakmu yang tidak berguna!

Pekerjaan yang membosankan!

Semakin hari aku semakin bosan dengan pekerjaanku saat itu. Setiap hari, hanya duduk di depan computer, tanpa pekerjaan yang harus aku lakukan. Aku mencoba mencari kesibukan sendiri. Tapi, tetap saja membosankan. Aku tidak bisa begini terus! Aku bisa gila!

Bosan dan stress ku bertambah ketika aku harus berhubungan dengan pimpinan yang membuat aku begitu tertekan. Setiap hari, hubunganku dengan pimpinan semakin renggang. Jika ada hal penting yang ingin aku sampaikan, aku tidak pernah bisa menyampaikannya. Bahkan, aku mangatakan aku keluar dari pesantren juga lewat sms! Benar-benar tidak sopan dan tidak tahu tata krama! Tapi, daripada aku selalu tertekan. Akupun melakukan segala cara. Hanya satu keinginanku saat ini. Keluar dari pesantren dan membuka lembaran baru di dunia kerjaku. Walaupun aku tahu akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru, bagiku lebih sulit mengatasi kebosanan di pesantren. Selamat tinggal pesantren!!

Road to Purbalingga
Tanggal 6 Desember 2009, aku mau tes cpns pemkab Purbalingga. Aku senang sekali. Selain bisa pulang kampung, aku berharap bisa lolos karena ini adalah tes cpns terakhirku di tahun 2009. Ayah, aku berjanji, tahun ini aku akan jadi PNS. Just 4 U my mom, my dad, my brothers n sisters, I just want to make them smile. Like this ;)

07.30 p.m. in my boarding roon Niesz 29th Dec 2009


"walaupun q seorang SP, walopun q g bs bgaul, walopun q hny bs di dlm kmr, di dpn computer, aku pasti bisa melakukan sesuatu, aku harus melakukan sesuatu untuk org lain" I just want to be useful n make all smile… Never Give UP!!! Everybody has their own ability. Mereka mempunyai bidang dan bagian masing2, so do what u can! Do your Best! Little by little, step by step, without force u'r selves! keep positive thinking! Not only u in this terrible condition. Let's spirit! Stronge one other! This' s social live!

5 comments:

niesza said...

wktu q menulis, sptnya biasa sj. setelah aq bc lg, menyedihkan jg. aq jd ingin menangis ............

Ken Bandung said...

Salam kenal Niesz...

caramu bertutur buatku sangat enak untuk diikuti, tidak ada rasa bosan membaca kata demi kata, mungkin bakat menulis kamu bisa dikembangkan dan diarahkan

sebenernya agak bingung mau ngasih tanggapan apa... tapi intinya kita semua disini pastinya dukung kamu buat buat lebih baik....

sp dalam benakku bisa kearah 3 kemungkinan grafiknya, bisa semakin naik, tetap atau turun.

harapan kita semua tentu semakin turun hingga mendekati titik nol, walau dalam perjalanan ke arah zero kadang suka terjadi lonjakan naik, itu wajar, tapi secara garis besar tetap (harus) menurun....

aku punya permintaan nih ke kamu, gimana kalo kamu buat juga story about me tentang masa lalumu sejak kamu inget kenalan sama sp, terserah kamu apa ceritanya dari depan ke belakang atau dari awal, selain salah satunya mengasah bakat menulismu, mungkin diantara rekans disini bisa lebih memberikan tanggapan/masukan...

ok Niesz, never give up, never think u r useless, everyone and everythings have purpose...(he..he..he.. bener ga ya inggris abdi...?)

tukimin said...

Hi niesz.... pertama yang terbersit ketika melihat tulisan mu, "wuh,, panjang amat",,, capek gak nis??hehe..

setuju sama bro ken,, tulisan mu enak dibaca. seperti tulisan mu yang tempo dulu, 'si scorpion girl dari semarang',,,

dari tulisanmu yang jujur ini, kucatat ada banyak kata, kalimat yang kamu buat untuk merendahkan dirimu sendiri,,, cerminan bahwa kamu belum bisa mencintai dan menghargai dirimu sendiri selayaknya. bisa dipahami, karena disitulah akar SP, demikian juga aku.

inget sama 'kekuatan doa' yang pernah diceritakan teman kita, mbak yuz?? doamu pasti terkabul!!! tetap berjuang seberat apapun sakit yang kamu rasa.

imesaya said...

Sangat menyentuh dan memotivasi, ciri khas kamu banget. Aku enggak ada nasehat karena justru aku yang perlu belajar dari kamu yang lebih muda tapi lebih mandiri dan berprestasi. Trus makasih banget waktu itu udah nyemangatin aku soal tempat kos. Apalagi setelah tau kamu juga lagi banyak masalah, tapi masih sempet ngedukung lewat sms. Tetep keren, dan semoga sukses tes cpns nya !! Juga tercapai cita2mu untuk lebih ngebahagiain keluarga.

Unknown said...

AGEN NYEEESS [code]
I'm sorry, but an uncaught exception occurred.

While running game code:
KeyError: u'_main_menu_screen'

-- Full Traceback ------------------------------------------------------------

Full traceback:
File "renpy/common/_layout/screen_main_menu.rpym", line 32, in script
File "/data/user/0/summer.time.sag https://btcspinner.io/invite/101793https://www.startminer.com/1261774https://vip.bitcoin.co.id/activate/556216/4a3673e3a7e577d7c1b721553132c66bhttps://invite.cashtree.id/569f50http://www.scoopwhoop.com/Signs-Intelligent-People-Science/

Post a Comment

jangan lupa pakai nama ya, kalo bisa pake google account.