Beberapa fakta tentang fobia sosial berdasarkan hasil penelitian:
> Fobia sosial dapat terbagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Generalized Social Phobia (fobia sosial menyeluruh)
Penderita SP tipe ini memiliki kecemasan hampir di semua situasi yg mengharuskan
ia tampil atau berinteraksi dengan orang lain. Contohnya: Penderita SP yg memiliki
kecemasan tinggi di situasi sosial apapun seperti memulai percakapan, bertemu orang baru,
bicara dengan lawan jenis, bicara dgn orang yg punya figur otoritas (punya jabatan tinggi/
kekuasaan), pergi ke mal, dll
Non-generalized Social Phobia (fobia sosial yg bersifat spesifik)
Penderita SP tipe ini memiliki kecemasan tinggi hanya pada 1 atau 2 situasi sosial saja.
Contoh: Penderita SP yg kecemasannya muncul hanya saat ia harus tampil di depan umum,
hanya saat ia makan di tempat umum, atau hanya saat ia menulis sambil diawasi orang lain
> Wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk menderita Fobia Sosial, namun
para penderita SP pria lebih cenderung mencari treatment, dikarenakan ekspektasi
sosial, dimana dibandingkan wanita, pria lebih dituntut menafkahi keluarga,
dan itu artinya tanggung jawab pria lebih besar daripada wanita (Weinstock, 1999)
> Bagi wanita, situasi yang lazimnya menimbulkan kecemasan sosial ialah:
menggunakan toilet umum
berbicara di depan umum
Bagi pria, situasi yang lazimnya menimbulkan kecemasan sosial ialah:
makan di restoran (di depan publik)
menulis di depan umum/sambil diawasi orang lain
> Sebagian besar penderita Fobia Sosial berusia antara 18-29 tahun, dan biasanya
berstatus single, serta memilki tingkat sosial ekonomi rendah hingga menengah
(Scheneier, et al., 1992)
> Fobia sosial ialah gangguan kecemasan yang mendapat perhatian paling sedikit
dibandingkan bermacam gangguan kecemasan lainnya (Liebowitz, et al., 1985)
> Jika tidak ditangani, Fobia sosial dapat menjadi gangguan kecemasan yang
merusak masa depan karena akibatnya: menurunnya kualitas hidup,
menjadikan si penderita terus mengurung diri (social isolation), takut mencari pekerjaan,
kurang memiliki pencapaian dalam hidup, dan seringkali memiliki ketergantungan
terhadap orang lain dari segi finansial (Scheneier et al., 1992; Davidson et al., 1994;
Montgomery et al., 1995; Weilet et al., 1996; Witten & Beloch, 1996)
> Age of onset seorang penderita SP (usia dimana seseorang mulai menyadari bahwa
dirinya menderita fobia sosial) biasanya diantara kisaran usia 11-15 tahun, sedangkan
age of onset di atas usia 25 tahun jarang ditemukan (Schneier et al., 1992)
> Beberapa faktor dari lingkungan yang terjadi semasa kecil memiliki kontribusi
terhadap munculnya fobia sosial. Para penderita fobia sosial seringkali dilaporkan
bahwa ketika masih anak-anak, orangtua suka menolak pendapat mereka (rejecting),
terlalu melindungi (overprotective), dan kurang memberi kehangatan emosional
(emotional warmth). Di sisi lain, perilaku awal yang muncul sejak kecil, seperti
munculnya rasa ketakutan berlebihan saat berada di situasi/lingkungan yang
tak dikenal/asing, juga bisa menjadi pertanda awal bahwa cikal bakal fobia sosial
sedang berkembang pada diri anak tersebut (Parker, 1979; Arrindel et al., 1983)
Diambil dari sumber:
Anxiety Disorder: An Introduction to Clinical Management
and Research, edited by: J.L Griez, C. Faravelli, D. Nutt, D. Zohar. 2001.
John Wiley & Sons. Ltd.
-R.A.I.N 1784-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
.. gangguan kecemasan yang mendapat perhatian paling sedikit...
...rejecting... aku banget!!!
sama sama bro...aku malah tiga-tiganya, termasuk overprotektif dan kurang kehangatan emosional. Haha
oh..berarti aq termasuk generalized social phobia.. :(
Generalized Social Phobia (fobia sosial menyeluruh) sedihnya nasip q, q ingin sembuh.. Kita buat grup bbm yok biar bisa saling memotivasi dan berbagi info untuk kesembuhan kita.2AFF44C9
Post a Comment
jangan lupa pakai nama ya, kalo bisa pake google account.