i m cured
Sunday, November 27, 2011 pengalamankusaya sembuh
aku sembuh
terima kasih tuhan, alhamdulilah, syukur padaMu ya Allah
berkati saya dan teman teman saya ya Allah ya Tuhanku
Seputar Fakta-Fakta
Monday, December 14, 2009> Fobia sosial dapat terbagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Generalized Social Phobia (fobia sosial menyeluruh)
Penderita SP tipe ini memiliki kecemasan hampir di semua situasi yg mengharuskan
ia tampil atau berinteraksi dengan orang lain. Contohnya: Penderita SP yg memiliki
kecemasan tinggi di situasi sosial apapun seperti memulai percakapan, bertemu orang baru,
bicara dengan lawan jenis, bicara dgn orang yg punya figur otoritas (punya jabatan tinggi/
kekuasaan), pergi ke mal, dll
Non-generalized Social Phobia (fobia sosial yg bersifat spesifik)
Penderita SP tipe ini memiliki kecemasan tinggi hanya pada 1 atau 2 situasi sosial saja.
Contoh: Penderita SP yg kecemasannya muncul hanya saat ia harus tampil di depan umum,
hanya saat ia makan di tempat umum, atau hanya saat ia menulis sambil diawasi orang lain
> Wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk menderita Fobia Sosial, namun
para penderita SP pria lebih cenderung mencari treatment, dikarenakan ekspektasi
sosial, dimana dibandingkan wanita, pria lebih dituntut menafkahi keluarga,
dan itu artinya tanggung jawab pria lebih besar daripada wanita (Weinstock, 1999)
> Bagi wanita, situasi yang lazimnya menimbulkan kecemasan sosial ialah:
menggunakan toilet umum
berbicara di depan umum
Bagi pria, situasi yang lazimnya menimbulkan kecemasan sosial ialah:
makan di restoran (di depan publik)
menulis di depan umum/sambil diawasi orang lain
> Sebagian besar penderita Fobia Sosial berusia antara 18-29 tahun, dan biasanya
berstatus single, serta memilki tingkat sosial ekonomi rendah hingga menengah
(Scheneier, et al., 1992)
> Fobia sosial ialah gangguan kecemasan yang mendapat perhatian paling sedikit
dibandingkan bermacam gangguan kecemasan lainnya (Liebowitz, et al., 1985)
> Jika tidak ditangani, Fobia sosial dapat menjadi gangguan kecemasan yang
merusak masa depan karena akibatnya: menurunnya kualitas hidup,
menjadikan si penderita terus mengurung diri (social isolation), takut mencari pekerjaan,
kurang memiliki pencapaian dalam hidup, dan seringkali memiliki ketergantungan
terhadap orang lain dari segi finansial (Scheneier et al., 1992; Davidson et al., 1994;
Montgomery et al., 1995; Weilet et al., 1996; Witten & Beloch, 1996)
> Age of onset seorang penderita SP (usia dimana seseorang mulai menyadari bahwa
dirinya menderita fobia sosial) biasanya diantara kisaran usia 11-15 tahun, sedangkan
age of onset di atas usia 25 tahun jarang ditemukan (Schneier et al., 1992)
> Beberapa faktor dari lingkungan yang terjadi semasa kecil memiliki kontribusi
terhadap munculnya fobia sosial. Para penderita fobia sosial seringkali dilaporkan
bahwa ketika masih anak-anak, orangtua suka menolak pendapat mereka (rejecting),
terlalu melindungi (overprotective), dan kurang memberi kehangatan emosional
(emotional warmth). Di sisi lain, perilaku awal yang muncul sejak kecil, seperti
munculnya rasa ketakutan berlebihan saat berada di situasi/lingkungan yang
tak dikenal/asing, juga bisa menjadi pertanda awal bahwa cikal bakal fobia sosial
sedang berkembang pada diri anak tersebut (Parker, 1979; Arrindel et al., 1983)
Diambil dari sumber:
Anxiety Disorder: An Introduction to Clinical Management
and Research, edited by: J.L Griez, C. Faravelli, D. Nutt, D. Zohar. 2001.
John Wiley & Sons. Ltd.
-R.A.I.N 1784-
story about me..
Monday, November 30, 2009Aku kira, setelah selesai kuliah, penderitaan berkepanajanganku akan SP juga usai, namun aku masih seorang SP dengan segala macam kerendahan dan kehinaannya. Sekali SP, tetap SP!
Aku telah mengira sebelumnya, menjadi seorang SP akan sulit bagiku untuk mendapatkan pekerjaan dan juga walaupun setelah masuk dalam lingkungan kerja itu aku pasti akan menapat bermacam masalah untuk melakukan tugasku.
Aku senang sekali mendapat pekerjaan di sebuah pesantren. Sebelumnya, karena aku begitu takut tidak mendapatkan pekerjaan, aku selalu berdoa pada Alloh, agar memberiku pekerjaan yang selalu mendekatkan diriku padaNya. Aku tidak meminta yang lebih dari itu. Bagiku, mendapat pekerjaan saja sudah sangat beruntung. Walaupun aku mendapatkannya dengan cara yang "rendah". Aku mendapatkan pekerjaan itu setelah ke dua calon terbaik mengundurkan diri. Aku pikir-pikir, sakit juga menjadi pekerja yang diterima nomor 3. tapi, waktu itu aku mencoba untuk tidak mempermaslahkannya. Yang penting, aku harus selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik agar semua orang di lingkungan kerjaku tahu bahwa aku memang pantas mendapatkan posisi itu.
Sesuai dengan tawaran pimpinan ponpes, aku berniat untuk mengambil mes di ponpes. Karena gaji bekerja yang tidak terlalu besar, aku memilih tawaran itu. Kalau tidak, uang gajiku akan habis untuk biaya kost dan transport. Sebenarnya aku merasa ragu dan takut untuk mengambil keputusan tinggal di ponpes. Aku takut aku tidak bisa menyesuaikan diri di tempat baru itu. Sebenarnya di mana-mana, sampai kapanpun aku memang tidak akan pernah bisa menyesuaikan diri. Namun, aku berusaha mematahkan semua pikiran negatifku, demi gajiku.
Pada akhirnya, aku tidak jadi mengambil keputusan itu. Aku terlanjur merasa nyaman dengan kesendirian di sebuah tempat kost kecil bersama adikku tercinta. Aku membutuhkannya, begitu juga dia. Walaupun dengan begitu akan menjadikan kami berdua tidak mandiri dan berkembang, kami memilih cara aman daripada kami harus menghadapi resiko dengan kesendirian.
Awal bekerja, aku merasa mempunyai energi yang begitu besar sehingga aku begitu rajin berangkat awal dan mengikuti semua kegiatan yang diwajibkan oleh pesantren bagi semua karyawannya. Aku selalu berusaha menunjukkan ekspresi ramah dan bersahabat dengan para guru (walaupun hal itu membuat aku tertekan dan was-was; khawatir). Aku begitu takut ketika harus bergaul dengan guru-guru walau hanya sekedar bertanya mengenai sarana-sarana kantor yang belum aku mengerti cara penggunaannya. Awal kerja juga begitu membosankan karena tidak banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Di sini, aku sebagai administrasi bimbel pesantren bersama seorang rekan wanita yang baru juga. Bimbel ini memang baru berdiri kembali setelah vacuum beberapa lamanya. Karena itu, kami berdualah yang harus aktif dan mempunyai inisiatif sendiri tentang apa yang harus kami kerjakan. Pimpinan hanya memberikan garis besar tugas kami, detailnya, kamilah yang harus mencari pelaksanaan sendiri. Beruntung rekan kerjaku adalah wanita yang cerdas, inisiatif, cekatan, supel dan penuh semangat. Huh, berbeda sekali dengan diriku. Dia selalu mempunyai ide-ide cemerlang di mana aku membantunya melaksanakan hasil pemikirannya. Tapi, lama kelamaan, sepertinya dia bosan juga. Karena, aku seperti robot. Hanya menunggu perintah darinya. Aku tidak punya inisiatif sendiri. Bahkan dalam beberapa hal urgent yang seharusnya aku bisa bertindak apa yang terbaik tanpa perintah, aku tidak dapat melakukannya. Sehingga, dia memarahiku. Hal wajar dia melakukan itu. Karena, aku memang benar-benar keterlaluan! Seketika itu juga, aku menangis di hadapannya. Tanpa permisi, tanpa mengenal malu. Begitulah jika rasa sesak ini terakumulasi. Pecahlah tangiskua. Namun, aku tidak dapat mengatakan kepadanya apa sebenarnya yang terjadi. Aku hanya bisa menangis. Dia meminta maaf padaku karena dia yakin apa yang ia lakukan telah membuat aku terluka. Sebenarnya, bukan kata-katanya yang membuat aku terluka. Tapi, kebencian dan kekesalanku pada diri sendirilah yang membuat aku menangis…
Setiap kali bertemu dengan rekan kerjaku, membuat aku taku dan tertekan. Sekarang, aku tidak bisa berusaha berbicara dan beramah tamah kepadanya. Rasanya, aku membeku. Aku hanya berkata seperluku. Itupun dengan sangat berat. Aku selalu berusaha agar tidak mempunyai waktu untuk berdua saja dengannya.
Aku juga begitu takut ketika harus menanyakan atau menyampaikan hal-hal yang berkaitan denga pekerjaan sehingga aku menundanya sampai berhari-hari untuk menyampaikannya. Sering aku tidak melakukannya karena rasa takutku. Beruntung, hal itu tidak begitu urgent sehingga tidak mempengaruhi pekerjaanku.
Aku selalu iri pada rekan kerjaku yang selalu lebih unggul dalam segala hal disbanding aku. Terutama dalam hal bergaul dengan pimpinan, anak-anak, dan guru-guru. Aku benar-benar merasa tidak dianggap di situ. Sebenarnya, perlakuan pimpinan dan rekan-rekan guru biasa saja, tidak membedakan. Namun, aku merasa sangat buruk karena aku tidak bisa sedekat rekan kerjaku terhadap mereka.
Setiap kali rapat, aku juga merasa begitu tertekan. Aku hanya bisa membisu di antara puluhan ucap… rekan-rekan kerjapun, akhirnya tahu betapa tidak kompetennya aku.
Aku kesepian di antara jutaan keramaian, aku terdiam di antara ribuan ucap, aku menangis di antara ratusan tawa……………...
Pegawai baru mengubah nasibku….
Aku senang sekali ketika rekan kerjaku mengundurkan diri dari pesantren. Awalnya, ada rasa takut yang menyelimut begitu dalam. Tanpa temanku itu, bagaimana mungkin aku melaksanak pekerjaan? Aku tidak mungkin bisa. Walaupun apa yang aku takutkan benar adanya, pada akhirnya aku mensyukuri atas peristiwa itu. Karena, setelah keluarnya rekan kerjaku, aku benar-benar merasa seluruh rasa tertekanku terbang ke langit…
Pegawai baru itu, seorang laki-laki. Awalnya, aku khawatir dan merasa sangat nervous. Bagaimana mungkin aku bekerja dengan seorang laki-laki? Bekerja dengan rekan perempuan saja aku tidak bejus! Tapi, ternyata dia adalah pegawai laki-laki yang baik dan supel. Dia mengakrabiku aku dengan baik. Dia memperlakukan aku sama ketika ia memperlakukan semua orang. Walaupun aku cenderung diam dan kadang mungkin tidak bisa diajaknya bekerjasama, dia tetap baik padaku. Aku selalu merasa, aku benar-benar membosankan baginya. Aku juga tidak mempunyai inisiatif dalam bekerja. Aku juga tidak bisa diandalkan dalam bekerja sehingga sering dialihkan padanya. Hal itu tentu saja membuat aku merasa benar-benar tidak berguna. Tapi, di satu sisi aku benar-benar merasa dia begitu amazing, aku berterima kasih padanya….
Pada akhirnya, dia lebih popular dari aku karena kesupelannya. Lagi-lagi aku merasa kalau pimpinanku pilih kasih padanya, seperti dulu. Tapi, dia adalah rekan kerjaku yang paling baik. Tidak membenciku walaupun aku pendiam dan pemalu. He 's my friend…
1 tahun yg tak menghasilkan apa2…
Karena aku tidak mengambil mes, aku memutar otakku untuk melakukan berbagai cara agar aku dapat menyisihkan sebagian uang hasil kerjaku untuk aku berikan pada keluargaku. Awalnya, aku berusaha meminimalisir berbagai pengeluaran termasuk makan, minum, peralatan mandi, dll sehemat mungkin. Dan, aku berusaha jalan kaki dari kostku ke tempat kerja. Entah berapa meter jaraknya. Yang kutahu, jika aku naik kendaraan umum memerlukan waktu 15' untuk sampai ke sana dan sekitar 1,5 jam kalau aku berjalan kaki. Walaupun kakiku lelah, pegal dan tampak semakin besar, tapi aku tetap berusaha melakukannya. Namun, pada akhirnya, aku sendiri mengingkari komitmen yang aku buat. Rasanya semakin lelah jika aku berjalan kaki. Selain itu, aku sering stress dan down sehingga pengeluaran terutama dalam hal makan semakin banyak. Karena, aku limpahkan semua stressku pada makanan.
Hari terus berjalan tanpa bisa aku kendalikan, tanpa bisa aku hentikan. Aku takut aku tidak menghasilkan apa-apa. Apa yang aku takutkan terjadi. Gajiku, hanya cukup untuk makan, biaya kost dan transport. Gaji adikku juga demikian. Bahkan, kadang karena ada keperluan mendesak seperti biaya membuat gigi palsu adikku, kami terpaksa mendapat suntikan dana dari kampung. Aku kadang berpikir, dari mana orang tuaku bisa mendapat uang untuk kami. Padahal, ayahku sudah pensiun. Ibuku, hanya ibu rumah tangga biasa. Kakak-kakakku ada yang tidak bekerja, yang bekerja sepertinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan adik-adikku yang masih sekolah. Di satu sisi, aku merasa senang ketika melihat uang yang mereka berikan. Di sisi lain, aku ingin menangis. Aku tidak berguna. Ayah, ibu, anak yang telah kalian sekolahkan sampai sarjana muda ini, yang sudah menghabiskan begitu banyak biaya semasa hidupnya, hanya bisa memberikan kesusahan yang tiada henti-hentinya…..
Puncak kesedihanku, ketika idul fitri hampir tiba. Rasanya, aku tak ingin pulang ke rumah. Untuk apa pulang ke rumah. Aku tidak membawa apa-apa selayaknya orang-orang yang merantau dan membawa banyak uang untuk keluarga di rumah, aku bahkan membawa uang dari kampung untuk balik lagi ke tempat kerja! Aku juga ingin memberi, aku ingin merasa berguna!
Aku tahu, ayahku sangat mengharapkan aku mendapatkan pekerjaan yang selain bergengsi juga bergaji tinggi. Tapi, apa yang dapat aku berikan? Mencukupi kebutuhanku sendiripun kadang aku tak bisa. Aku tahu betapa besar harapan orang tua padaku. Walaupun mereka tidak pernah mengatakan, mereka tak ingin membebaniku, tapi sudah sepantasnyalah aku membalas jasa-jasa mereka. Sebenarnya, balas jasa tentu dapat diberikan tidak hanya dalam bentuk uang, tapi apa yang dapat aku berikan? Kasih sayang dan perhatian, akupun tidak dapat memberikannya. Karena aku, kaku, dingin, tidak dapat mengungkapkan perasaanku. Apa yang dapat aku berikan? Apa yang dapat aku berikan?
Psikiaterku yang baik hati
Aku, lagi-lagi tidak tahan dengan SPku. Akhirnya, aku menemuinya, tanpa rencana. Beliau adalah psikiaterku yang paling baik, perhatian dan memahamiku. Aku selalu menantikan saat bertemu dengannya. Walaupun aku selalu tegang ketika hendak bertemu dengannya, aku sangat bahagia bersamanya. Dia mendengarkan segala ceritaku, keluh kesahku. Walupun sering aku diam membisu bahkan menangis tersedu, dia selalu setia menanti kata-kata dari bibirku. Setiap kali aku down, bosan dan tertekan, aku selalu mengganggunya dengan sms-smsku. Walaupun dia tidak membalasnya, aku tahu dia pasti membacanya. Sms dengannya, membuatku tenang dan lega. Aku hanya bisa bercerita padanya. Aku percaya, dia memahamiku dan mengerti apa yang aku rasakan. Dia selalu mendukung apa yang aku lakukan, apa yang membuat aku nyaman. Dia membiarkan aku memilih mana jalan yang terbaik menurutku. Dia tak ingin aku tergantung padanya. Tapi, aku memang sudah tergantung padanya.
Doctor, "This disorder, why did it choose me? "
How can I live in this condition?
I need u, don't leave me alone…
Aku: Penghuni kost yang tidak bersahabat
Aku seperti lonceng. Setiap hari, tempat kerja-kost, tempat kerja-kost. Walaupun ruang lingkup sosialisasiku sempit, jika aku dapat memanfaatkannya dengan baik, seharusnya aku mendapat manfaat maksimal dari lingkungan itu. Tapi, pada akhirnya, aku tidak mendapatkan apa-apa.
Awal pertemuan dengan sesama penghuni kost, terbersit niat untuk akrab dan beramah tamah dengan mereka. Awalnya, kami berkenalan dan saling menyapa. Tapi, tidak berlanjut ke mana-mana. Masing-masing dari kami selalu berada di kamar masing-masing. Keluar jika ada perlu. Tidak pernah saling mengunjungi kamar satu dengan yang lain. Bahkan, setelah idul fitri tidak ada acara maaf-maafan, apalagi saling bertukar oleh-oleh. Design tempat kost memang tidak memungkinkan kami penghuni kost untuk saling berkumpul karena tempat kost kami tidak mempunyai ruang tamu atau ruangan apapun yang bisa digunakan untuk berkumpul, kecuali kamar kami masing-masing. Selain itu, penghuni kost yang lama memang tidak menggauli aku dan adikku dahulu. Aku memang tidak mengharapkan mereka beramah tamah dan mengakrabi kami. Bagaimanapun, aku tahu. Akulah yang seharusnya lebih dahulu mengakrabi mereka. Aku tahu prinsip memberi dan memahami orang lain. Tapi, aku tidak bisa mengamalkannya. Sehingga, semua itu menjadi percuma.
Dari hubungan yang tidak akrab itu, bahkan memburuk menjadi semacam perang dingin. Ada masalah kecil saja langsung dipermasalahkan. Masalah buang sampah tidak teratur, air kran yang tidak dinyalakan sehingga airnya sangat dalam ketika akan digunakan untuk mandi. Kami memang tidak cek cok mulut ketika berpapasan. Tapi, raut wajah tidak bersahabat mereka membuatku panas dan melakukan hal yang sama. Namun, akhirnya aku menyadari. Seharusnya aku tidak bersikap sama seperti apa yang mereka lakukan. Pada hari-hari selanjutnya, aku berusaha sabar dengan apa yang mereka lakukan dan mencoba melakukan hal-hal sebaik mungkin agar tidak menimbulkan masalah. Aku mencoba tak mempedulikan mereka ketika mereka membicarakan kami di belakang.
Walaupun perang dingin agak mereda (sepertinya tidak ada hal-hal lagi yang dapat memanaskan hubungan kami), bukan berarti hubungan kami jadi intim. Tetap saja seperti dulu. Selalu sibuk dengan kegiatan sendiri. Ramah tamah dan sapa menyapa juga tidak pernah kami lakukan lagi.
Aku sebenarnya tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Bagaimana mungkin sesame penghuni kost yang setiap hari bersama, bertemu, tidak pernah bertegur sapa, tidak pernah bicara, bahkan tidak mengenal satu sama lain. Sungguh sangat aneh dan tidak mengenakkan! Ya Alloh, aku sangat berdosa dan bertanggung jawab akan hal ini. Sebenarnya, aku ingin mengakrabi mereka. Bukan karena aku takut dengan kesepian dan kesendirian, tapi karena aku takut dengan dosa yang aku perbuat pada Alloh karena aku tidak menjadi makhluk social yang seharusnya…
Tes cpns Kejaksaan yang menyedihkan…
Menjelang akhir tahun 2009 ini, cpns di Indonesia kembali dibuka. Aku yang tidak ingin kehilangan kesempatan meraih posisi PNS, segera mengikuti segala info lowongan CPNS di internet. Beruntung di kantorku ada internet. Jadi kalau tidak ada pekerjaan, aku sibuk membuka-buka www.bukalowongan.com. Di situ situ banyak sekali terdapat info lowongan pekerjaan termasuk CPNS.
Berbagai departemen membuka lowongan CPNS. Aku begitu girang sekaligus bingung melihat formasi jurusanku lumayan banyak. Akhirnya, aku mendaftar di kejaksaan. Karena, di sana paling banyak formasinya, 265!
Ayahku pun sibuk ke sana ke mari melengkapi persyaratn pendaftaran yang rumit dan jlimet itu. Setelah semua persyaratan siap, akupun mendaftar. Ternyata, ada persyaratn yang kurang. KTPku legalisirnya salah. Sebenarnya, aku sudah menyerah pada petugas untuk tidak mengikuti tes karena persyaratan itu harus sudah dipenuhi besok pagi. Sementara rumahku begitu jauh dari kejaksaan. Namun, petugas itu dengan berbagai cara berusaha membantuku sehingga akhirnya aku berjanji untuk membawa kelengkapan syarat itu esok pagi.
Sebenarnya aku bermaksud untuk membatalkan pendaftaran itu. Akan tetapi, ayahku keesokan paginya datang ke kota. Subuh-subuh beliau datang. Dari rumah menggunakan angkutan pengangkut sayuran. Aku tidak dapat membayangkan ayahku berjibaku selama enam jam (dari jam 12 malam) di antara dinginnya angin malam. Sementara, beliau sudah cukup tua. Pasti merasakan lelah yang amat. Beliau langsung kembali ke kampung tanpa beristirahat terlebih dahulu di tempat kostku. Aku berusaha menjadi pribadi yang dingin agar tak dapat kurasakan keharuan itu.
Aku sangat bersyukur ketika Alloh membalas usaha ayah dengan kelolosanku di tahap I tes kejaksaan. Pasti semua ini karena perjuangan ayah dan doa ayah ibuku, pikirku. Namun, aku merasa tidak lega dan khawatir. Karena, masih ada seleksi tahap ke 2. Kekhawatiranku terbukti ketika aku mengambil surat pemberitahuan kelulusan. Di sana tercantum biaya tes kesehatan sebesar 700 ribu rupiah! MasyaAlloh! Besar sekali! Gajiku satu bulan saja tidak sampai segitu! Aku telah memikirkan bermacam cara untuk tidak mengikuti tes itu. Aku juga berencana untuk tidak memberitahu ayahku. Tapi, ayahku selalu menanyakannya. Sehingga, mau tak mau daripada aku berbohong, aku memberitahukan pada ayahku segalanya. Aku tahu, ayah pasti akan mendukungku untuk mengikuti tes itu.
Dengan perasaan berat aku mengikuti tes itu. Walaupun begitu, aku tetap serius melakukannya. Itu adalah prinsipku. Melakukan segala sesuatu dengan serius karena aku tidak tahu apa hikmah yang terkandung di dalamnya. Aku begitu takut, cemas dan tertekan menghadapi tes itu. Huh, aku tidak dapat mengerjakan tes Excel dengan baik! Waktu yang disediakan sangat terbatas, aku menjadi gugup karenanya. Ketika tes wawancara, aku juga begitu gugup. Aku mencoba menenangkan diriku. Aku memperhatikan dan mencoba merasakan apa yang teman-teman lain juga rasakan. Mereka pasti sama tegangnya seperti aku. Sehingga, aku merasa tidak sendiri. Aku merasa perasaan tegang itu wajar dimiliki oleh seseorang pada saat seperti itu. Walaupun aku tidak dapat menjawab semua pertanyaan saat wawancara dengan baik, tapi aku puas atas apa yang aku lakukan. Aku merasa PD dan lebih berani ketika di depan pewawancara. Ternyata, tidak semenakutkan apa yang aku bayangkan ;)
Namun, aku tetap tidak yakin dengan hasil tesku. Aku masih mempunyai niat untuk tidak mengikuti tes kesehatan. Sebelum terlanjur dan uangku melayang, aku seharusnya dapat membatalkannya. Tapi, ayah tetap memaksaku. Akupun melakukan tes kesehatan itu. Benar-benar tes yang menyebalkan! Sebenarnya, aku sendirilah yang menyebabkan tes itu tidak menyenangkan. Aku sendiri yang membuat diriku tertekan karena aku tidak berani melakukan prosedur yang seharusnya dilakukan. Sebab, itu memerlukan hubungan dengan banyak orang. Sehingga, aku salah prosedur dan mendapat marah dari beberapa petugas. Aku langsung down. Aku benar-benar merasa tidak berguna.
Penyesalanku bertambah ketika aku dinyatakan tidak lolos tahap akhir. Aku menangis, sedih, bukan karena tidak lolos. Tapi, karena aku telah menggunakan uang ayah dengan sia-sia, menggunakan perjuangan ayah tanpa hasil! Sementara aku belum bisa memberikan apa-apa untuk ayah! Maafkan aku ayah, anakmu yang tidak berguna!
Pekerjaan yang membosankan!
Semakin hari aku semakin bosan dengan pekerjaanku saat itu. Setiap hari, hanya duduk di depan computer, tanpa pekerjaan yang harus aku lakukan. Aku mencoba mencari kesibukan sendiri. Tapi, tetap saja membosankan. Aku tidak bisa begini terus! Aku bisa gila!
Bosan dan stress ku bertambah ketika aku harus berhubungan dengan pimpinan yang membuat aku begitu tertekan. Setiap hari, hubunganku dengan pimpinan semakin renggang. Jika ada hal penting yang ingin aku sampaikan, aku tidak pernah bisa menyampaikannya. Bahkan, aku mangatakan aku keluar dari pesantren juga lewat sms! Benar-benar tidak sopan dan tidak tahu tata krama! Tapi, daripada aku selalu tertekan. Akupun melakukan segala cara. Hanya satu keinginanku saat ini. Keluar dari pesantren dan membuka lembaran baru di dunia kerjaku. Walaupun aku tahu akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru, bagiku lebih sulit mengatasi kebosanan di pesantren. Selamat tinggal pesantren!!
Road to Purbalingga
Tanggal 6 Desember 2009, aku mau tes cpns pemkab Purbalingga. Aku senang sekali. Selain bisa pulang kampung, aku berharap bisa lolos karena ini adalah tes cpns terakhirku di tahun 2009. Ayah, aku berjanji, tahun ini aku akan jadi PNS. Just 4 U my mom, my dad, my brothers n sisters, I just want to make them smile. Like this ;)
07.30 p.m. in my boarding roon Niesz 29th Dec 2009
"walaupun q seorang SP, walopun q g bs bgaul, walopun q hny bs di dlm kmr, di dpn computer, aku pasti bisa melakukan sesuatu, aku harus melakukan sesuatu untuk org lain" I just want to be useful n make all smile… Never Give UP!!! Everybody has their own ability. Mereka mempunyai bidang dan bagian masing2, so do what u can! Do your Best! Little by little, step by step, without force u'r selves! keep positive thinking! Not only u in this terrible condition. Let's spirit! Stronge one other! This' s social live!
Nasib Si Pemalu
Monday, November 23, 2009Dan, sungguh, disalahpahami adalah takdir si pemalu pada setiap kesempatan. Kesan apapun yang ia coba untuk tampilkan, hasilnya tanpa terelakkan justru kebalikannya. Saat ia sedang bercanda, ada orang yang mengira ia lagi serius, lalu mengecam hal-hal yang dianggap tidak pantas dalam omongannya. Gaya sarkasmenya dipandang sebagai pendapat harafiah, dan membuatnya meraih reputasi sebagai orang tolol, sementara, bila ingin menyenangkan orang dengan sedikit menyanjung, akan dianggap sedang mengolok-olok dan malah membuatnya dibenci.
Ya, seorang pemalu merasakan kejamnya dunia, yang agar dapat dijalani dengan cukup nyaman membutuhkan kulit badak…seolah tanpa itu kalangan ini tak layak dilihat dalam masyarakat yang beradab. Makluk malang yang menghela napas dan merona wajahnya, dengan lutut yang gemetar dan tangan tersentak-sentak, adalah pemandangan yang menyakitkan bagi siapapun, dan jika ia tak dapat menyembuhkan dirinya sendiri, makin cepat ia pergi menggantung diri justru semakin baik.
…congkak adalah baju zirah terbaik yang dapat dikenakan seseorang. Jangan salah. Yang kumaksud tentunya bukanlah congkak yang menampilkan diri dengan hidung terangkat dan suara melengking. Itu bukanlah congkak yang sesungguhnya – melainkan hanya berlagak seolah-olah congkak; seperti halnya anak-anak bermain pura-pura menjadi raja dan ratu dan berjalan angkuh dengan hiasan bulu dan ekor jubah yang panjang. Kecongkakan yang sejati tidak membuat seseorang menjadi menyebalkan.
Sebaliknya, cenderung menjadikannya ramah, baik hati, dan apa adanya. Ia tak butuh kepura-puraan, karena ia terlalu puas dengan karakternya sendiri, dan kebanggaan dirinya terlalu kokoh terpancang sampai-sampai tak terlihat lagi dari luar. Sama cueknya terhadap pujian maupun celaan, ia dapat menampilkan diri sejujur apa adanya. Terlalu jauh, dalam angan-angan, melampaui umat manusia lainnya hingga tak tergundahkan oleh perbedaan remeh mereka, ia bersikap sama wajarnya terhadap seorang bangsawan ataupun pedagang di pinggir jalan. Tak menghargai standar siapapun selain miliknya sendiri, ia tak pernah tergoda untuk menerapkan kepura-puraan hina yang oleh orang-orang kurang mandiri dipersembahkan tiap jamnya kepada ‘dewa-pendapat-teman’ mereka.
Nasib si pemalu “menyedihkan” walaupun aku khawatir sesungguhnya mereka tak pernah dikasihani. Ada beberapa jenis kemalangan yang, sekalipun menimpakan penderitaan besar pada korbannya, tidak menimbulkan simpati di mata orang lain. Kehilangan payung, cinta tak terbalas, sakit gigi, mata lebam, dan mendapatkan topimu diduduki orang bisa disebutkan sebagai beberapa contohnya, namun yang terparah diantara semua itu adalah sifat pemalu. Seorang pemalu dianggap sebagai lelucon hidup. Kesengsaraannya menjadi gurauan di ruang pergaulan dan disebut-sebut serta dibahas secara brutal…
[Diterjemahkan selektif dengan penyesuaian, dari esai berjudul “On Being Shy” dari buku “Idle Thoughts of an Idle Fellow” oleh Jerome K. Jerome, penulis humoris dari Inggris (1859-1927).]
imesaya
Tehnik Membentuk Pikiran Positif
Tuesday, October 27, 2009Lanjutan dari Gelombang Otak Manusia
Ok sp’ers, ini bagian terakhir dari bagian ini…
Pembahasan awal dimulai dengan memberikan pendapat darimana datangnya sp, yaitu dari yang saya sebut penafsiran negatif, apapun namanya intinya adalah reaksi negatif emosi kita terhadap sebuah kejadian, yang tertumpuk dan berulang2 membuat ‘Alarm’ bawah sadar kita selalu berbunyi saat kondisi yang ‘disangka’ oleh pikiran alam bawah sadar adalah kondisi ‘bahaya’
Kenapa dibuat menjadi beberapa bagian, karena pertama pengetahuan adalah kekuatan, yang kedua praktek berikut jika didasari oleh pemahaman, maka dalam pelaksanaannya menjadi lebih mendalam.
Catatan bagi anda yang sp dan ‘seperti’ tidak sanggup menjalani kehidupan anda sehari-hari, sangat saya sarankan untuk segera berkonsultasi ke psikiater yang ada di daerah anda. Bisa di cek di rumah sakit di
Tapi harus disadari bahwa, obat tidak mengobati sp, ibarat aspirin untuk sakit gigi, rasa sakit gigi bisa hilang, tapi tetap saja gigi anda harus diobati. Begitu juga obat sp, hanya menekan rasa derita sp anda, tapi tidak menyembuhkan apa penyebab sp anda
Tehnik yang saya coba kemukakan adalah pendekatan hipnosis, self hipnosis
Cara kerjanya gini, agak mengulang, penyebab sp (menurut pendapat saya) adalah karena adanya penafsiran negatif yang berulang dan bertumpuk yang pada alam bawah sadar kita, nah sekarang tugas kita adalah menghapus muatan negatif dari tumpukan2 penafsiran negatif yang ada pada alam bawah sadar kita.
Salah satu sifat alam bawah sadar yang belum saya tulis adalah dia tidak bisa membedakan antara realita dan imajinasi, Alam bawah sadar akan merespon sama terhadap gambaran pada benak kita yang terbentuk oleh realita atau imajinasi kita.
Tehniknya begini, sederhana saja….
- buat tubuh anda rilex, masuk ke gelombang otak theta/rilex, bagaimana masuk ke kondisi rilex pada hipnotis bisa anda searching di google atau buku2
- setelah anda masuk kondisi rilex,bayangkan anda berada sendiri di bioskop, ada layar putih di depan anda
- ambil satu pengalaman anda yang paling menyakitkan / menyedihkan, tampilkan di layar bioskop itu
- amati sejenak, lalu anda sadari bahwa emosi negatif yang muncul dari peristiwa itu adalah tidak produktif dan merugikan anda
- maka geserlah gambaran menyedihkan anda tadi keluar dari layar bioskop anda ke sebelah kiri atau kanan, jadikan gambarnya menjadi hitam putih, lalu buat gambaran itu menjadi kabur / tidak jelas, lalu buat gambaran itu menjadi kecil ibarat anda meremas kertas, lalu buang gambaran itu ke tempat sampah yang ada di sudut ruang bioskop
- lalu masukan peristiwa serupa ke dalam layar bioskop anda, dan gambarkan diri anda bereaksi dengan tenang, wajar, percaya diri seperti yang anda inginkan. Buat gambaran itu sejelas mungkin. Amati beberapa saat gambaran itu
- terakhir, buat gambaran kedepan seperti yang anda inginkan dimana anda bisa mengatasi kondisi yang sebelumnya membuat anda takut, gambarkan diri anda tenang, mantap, percaya diri, optimal pada kondisi itu.
Sekali lagi, alam bawah sadar tidak bisa membedakan apa gambaran yang ada di benak kita itu hasil dari realita atau kekuatan manusia kita, yaitu imajinasi positif kita.
Sejalan dengan pengulangan praktek anda, maka muatan2 positif pada kejadian yang membuat anda terluka / sedih / takut dan lain2 akan hilang dalam bawah sadar anda dan akan terisi oleh muatan positif hasil imajinasi anda.
Dari sini akan terbentuk Pola Pikir Positif atau otomatisasi pikiran positif kita.
Waktu yang baik untuk melakukan ini adalah saat anda hendak tidur, atau setelah ada kejadian yang membuat anda terluka, cari waktu dan tempat yang memungkinkan, jika anda telah melatihnya, maka penghapusan muatan negatif dan digantikan menjadi positif dalam bawah sadar anda menjadi otomatis.
Latihan ini saya dapat dari mp3 di http://roseannaleaton.com/. Akan sangat baik jika anda juga mendengarkannya melalu headset anda. Mp3 dalam bahasa inggris.
Ok pren, motif saya sederhana, hanya ingin berbagi sesuatu yang menurut saya bermanfaat, mudah2an bisa bermanfaat juga buat pren semua. and I have to say, its have positive effect for me. monggo untuk ditambahkan atau di koreksi oleh teman2...
Salam,
Ken Bandung
Gelombang Otak Manusia
Wednesday, October 21, 2009Lanjutan dari Penafsiran positif, Penafsiran negatif dan Alam Fikiran
Sebelumnya saya mo koreksi tulisan sebelumnya tentang Alam Bawah Sadar hampir menguasai keseluruhan tubuh kita (thx to tukimin...), itu kurang tepat. Yang benar adalah Pikiran sadar menguasai sistem syaraf simpatik (kalo ga salah…) seperti menggerakkan tangan, menggelengkan kepala dll, sedang Pikiran Tak Sadar menguasai sistem syaraf parasimpatik seperti detak jantung, aliran darah, pengeluaran endorfin, adrenalin dan lainnya.
Yang tadinya di serahi tugas ke pikiran sadar bisa juga menjadi tugas alam pikiran tak sadar, contoh awal kita belajar sepeda, kita harus berjuang sangat keras untuk menjaga keseimbangan, memboseh sepeda, belum liat sekeliling kita. Tapi kalo sudah bisa dan biasa, maka hampir kita tidak berfikir lagi untuk bisa naik sepeda.
Nah sekarang simtomp sp menurut saya sangat berkaitan dengan wilayah alam bawah sadar, dan sudah menjadi otomatis karena secara sengaja atau tidak sengaja, kita belajar dan terbiasa untuk membentuk pola pikiran sp.
Sekarang masuk ke gelombang otak manusia.
Penelitian dari dunia barat dengan menggunakan alat EEG, secara garis besar para ilmuwan membagi menjadi 5 gelombang otak.
- Gamma
Kondisi saat tegang, seperti Olahragawan saat pertandingan penting, Orang sedang stress
- Betha
Kondisi saat sedang terjaga / Sadar
- Tetha
Kondisi Saat Dzikir / Meditasi / Hipnotis
- Alpha
Kondisi saat menjelang masuk alam tidur
- Delta
Kondisi Tidur / masa pemulihan fisik dan mental
Penjelasan berikut lebih menitik beratkan pada kondisi Betha dan Tetha.
Kondisi Betha adalah kondisi saat terjaga, bekerja atau mungkin dominan otak kiri / analitis-logika
Kondisi Tetha adalah kondisi dimana ditemukan pada orang2 yang khusuk shalat, dzikir, meditasi dan hipnotis. Di kondisi ini orang sering mendapat yang di sebut ‘ilham’ atau pencerahan dari masalah yang sedang di hadapinya. Gelombang ini sering diketemukan pada seniman, musisi, agamawan dll.
Orang yang mengandalkan hanya dominan Betha, maka di rentan terhadap stress karena, tidak semua permasalahan bisa diselesaikan oleh logika / otak kiri
Orang yang mengandalkan hanya dominan Tetha, maka ibarat berdoa / berharap tanpa realisasi aksi.
Yang ideal adalah mengoptimalkan keduanya sehingga kedua gelombang ini saling mendukung untuk mencapai tujuan.
Seandainya dalam aktifitasnya, seseorang telah mampu menggabungkan secara harmonis gelombang otak betha dan thetanya atau ada juga yang menyebut otak kiri dan otak kanan, dimana otak kiri adalah logika sedangkan otak kanan intuisi, imajinasi, maka ia bisa menghasilkan sesuatu dengan maksimal.
Seorang usahawan, selain logikanya berjalan, intuisi bisnisnya akan menuntun pada keputusan2 yang tepat
Seorang guru, selain pelajaran yang dikuasainya, diapun bisa menemukan cara mengajar yang tepat sesuai dengan karakter masing2 muridnya
Seorang yang sedang mencari kerja, walau pikiran dan raganya sibuk mencari kerja, tapi hatinya tetap sabar, ikhlas dan pantang menyerah.
Nahh… menurut penelitian, seseorang yang sedang dalam kondisi cemas, takut, dalam kasus kita simptomp sp, gelombang otaknya berada di kondisi di atas betha atas, atau bisa di wilayah Gamma, aktifitas mentalnya sedang tinggi.
Kata pakar, tidak mungkin seseorang yang berada di level Theta bisa mengalami kecemasan dan kepanikan seperti di level betha atas atau gamma. Sedang level theta bisa kita munculkan di pikiran kita sendiri.
Mungkin ini salah satu sebabnya ya, kenapa di agama Islam (maaf saya mengambil contoh agama Islam karena itu yang saya pahami, di agama lain juga pasti ada hal2 serupa), ada doa untuk setiap kegiatan, mau tidur, bangun tidur, masuk wc, keluar rumah, mo makan dll, juga sangat di anjurkan kalo kata pak kyai mah, lidah selalu basah dengan berdzikir. Karena secara teory diatas, gelombang theta yang berisi ketenangan, ilham, pencerahan akan mendukung aktifitas Betha / logika kita.
Dah, gelombang otak sampe disini karena taunya baru sampe segini, moga ada manfaatnya
Selanjutnya mungkin 1 tulisan terakhir dalam bagian ini, judulnya apa yaa… mungkin Teknik Membentuk Pola Pikiran Positif.
Salam,
Ken Bandung
Halo teman-teman...
Rain1784